Friday, 5 February 2016

Tahapan Hari Kiamat / Hari Akhir

Setelah alam semesta hancur secara total dan kehidupan semua makhluk
Allah berakhir, maka mulailah manusia menjalani tahapan kehidupan baru dan
proses menuju alam baqa’. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Yaumul Ba’atş
Sesudah hancur dan musnahnya alam
semesta termasuk manusia, terjadilah
hari kebangkitan. Hari kebangkitan
adalah proses dibangkitkannya seluruh
makhluk dari alam kubur. Firman Allah
Swt.:
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan
Allah semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepada mereka apa saja yang mereka
telah kerjakan, dan Allah mengumpukan
semua amal perbuatan mereka padahal
mereka sudah melupakannya dan Allah
menyaksikan atas segala sesuatu.” (Q.S.
al-Muj±dalah/58:6).

2. Yaumul Hasyr
Yaumul Hasyr yaitu hari berkumpulnya manusia setelah dibangkitkan dari
kuburnya masing-masing. Kemudian
semua manusia digiring ke tempat yang
luas yaitu Padang Mahsyar (tempat
berkumpul). Firman Allah Swt.:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu)
Kami perjalankan gunung-gunung dan
kamu akan dapat melihat bumi itu datar
dan Kami kumpulkan seluruh manusia,
dan tidak Kami tinggalkan seorang pun
dari mereka.” (Q.S. al-Kahfi/18:47).

3. Buku Catatan
Setiap manusia di alam mahsyar mempunyai buku catatan (kitab perjalanan
hidup) yang sudah dicatat Malaikat Raqīb dan ‘Atīd. Kitab catatan ini berisi
semua perbuatan dan perkataan manusia sewaktu hidup di dunia. Firman
Allah Swt.:
“Dan diletakkan kitab, lalu akan kamu lihat rang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang tertulis di dalamnya dan mereka berkata “Wahai celaka
kami, kitab apakah ini yang tidak melupakan yang kecil dan tidak pula yang
besar, melainkan ia mencatat semuanya. Mereka memperoleh di hadapan
mereka apa-apa yang telah mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak akan
menganiaya seseorang pun.” (Q.S. al-Kahfi/18:49).

4. Yaumul Hisab & Mizan
Yaumul Hisab adalah hari ketika Allah Swt. memperlihatkan semua amalan
di akhirat untuk dihisab. Segala dosa besar dan kecil dihitung dengan
seksama dan teliti. Ketika amalan mereka dihitung, anggota tubuh mereka
ikut menjadi saksi. Firman Allah Swt.:
“Pada hari itu lidah, tangan, dan kaki masing-masing menjadi saksi atas
perbuatan yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. an-Nμr/24:24).
Tahapan selanjutnya adalah Mizan. Mizan adalah timbangan yang adil
berisi kebajikan dan kejahatan yang telah diperbuat setiap manusia.
Setiap orang ditimbang amalnya dengan seadil-adilnya. Firman Allah Swt.:
“Dan Kami letakkan timbangan yang tepat (adil) pada hari kiamat dan
tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. Dan jika amalan itu hanya
seberat zarrah pasti kami berikan (pahalanya). Dan cukuplah kami saja yang
memperhitungkannya.” (Q.S. al-Anbiy±’/21:47).

5. As-Sira¯
A¡-¢irā¯ adalah jembatan yang terbentang di atas neraka menuju surga.
Mudah atau sulitnya melewati A¡-¢irā¯ itu tergantung kepada amal setiap
manusia. Rasulullah saw. bersabda:
“Terbentanglah jembatan (A¡-¢irā¯) itu di antara dua tepi Neraka Jahanam.”
(H.R. Muslim).

6. Yaumul Jaza
Yaumul Jaza’ yaitu suatu hari ketika semua manusia akan menerima balasan
Allah Swt. (Jaza’). Balasan yang diterima seseorang sesuai dengan amalnya
selama ia hidup di dunia. Firman Allah:
“Pada hari itu tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang telah diusahakannya.
Tidak seorang pun dirugikan pada hari tersebut. Sesungguhnya Allah sangat
cepat perhitungan-Nya.” (Q.S al-Mukmin/40:17).

7. Balasan Perbuatan Baik dengan Surga
Setelah seluruh manusia dihisab dan melalui timbangan, mereka diberikan
balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya. Pada saat itu terbagilah
manusia menjadi dua golongan. Adapun bagi mukmin yang bertakwa
kepada Allah Swt. pasti akan menerima balasan yang setara,yaitu berupa
surga. Surga disediakan Allah Swt. sebagai karunia kepada hamba-Nya
(Perhatikan! Q.S. al-Hāqqah/69:21-24), (Q.S. al-Wāqi’ah/56:8-40).

8. Balasan Perbuatan Buruk dengan Neraka
Adapun orang yang selama hidup di dunia lebih banyak mengerjakan
perbuatan jahat,maksiat tercela,dan kafir terhadap Allah Swt. kufur kepada
ajaran dan nikmat Allah Swt., maka akan menerima balasan yang jahat
pula.
Sebagian kegetiran dan kerasnya siksaan neraka, digambarkan melalui
firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Gāsyiyah/88:4-7:
“Memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minuman dengan air
dari sumber yang sangat panas. Mereka tidak memperoleh makanan
selain dari pohon yang berduri yang tidak menggemukkan dan tidak pula
menghilangkan lapar.”


C. Hakikat Beriman kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima yang harus
diyakini oleh setiap umat Islam. Segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap
manusia, baik maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Oleh sebab itu, keimanan kepada Hari Akhir hendaknya dijadikan landasan
utama untuk menyadarkan diri agar selalu taat kepada ajaran Allah Swt.
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan kita agar meyakini datangnya
Hari Akhir, di antaranya adalah firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah/2:4
berikut:

Artinya:

“dan mereka yang beriman kepada (al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan
mereka yakin akan adanya akhirat”.
Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa meyakini adanya Hari Akhir merupakan
salah satu ciri orang beriman. Sedangkan dalam penggalan hadis di atas,
Rasulullah saw. menyebut Hari Akhir sebagai salah satu perkara yang wajib
diyakini, yang kemudian disebut rukun iman.
Iman kepada Hari Akhir berarti percaya dengan penuh keyakinan bahwa
kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat.

D. Hikmah Beriman kepada Hari Akhir
1. Muncul rasa kebencian yang dalam
kepada kemaksiatan dan kebejatan
moral yang mengakibatkan murka
Allah Swt. di dunia dan di akhirat:
2. Menyejukkan dan menggembirakan hati orang-orang mukmin dengan
segala kenikmatan akhirat yang sama sekali tidak dirasakan di alam dunia
ini;
3. Senantiasa tertanam kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Swt. dengan
mengharapkan mau’nah-Nya pada hari itu;
4. Senantiasa termotivasi untuk beramal baik dengan ikhlas;
5. Senantiasa menghindari niat-niat yang buruk apalagi melaksanakannya;
6. Menjauhkan diri dari asumsi-asumsi yang mengkiaskan apa yang ada di
dunia ini dengan apa yang ada di akhirat.
 



Load disqus comments

0 comments